MURID TIDAK KONSENTRASI BELAJAR, GURU INI LAKUKAN CARA UNIK MENGATASINYA
Tanpa makan makanan yang cukup, seseorang pasti akan memiliki tingkat konsentrasi yang rendah. Hal ini bisa dialami siapa saja, orang dewasa maupun anak-anak. Padahal untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti bekerja untuk orang dewasa dan belajar untuk anak-anak, sudah pasti memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi.
Di Oregon, negara bagian Amerika serikat, ada sebuah kisah unik yang dilakukan oleh seorang guru di tingkatan sekolah sederajat SMA. Agar murid-muridnya bisa menangkap pelajaran dengan baik, guru tersebut menyimpan makanan di lemari ruang kelasnya. Berikut ini kisah lengkapnya ditilik dari healt.detik.com.
Guru tersebut bernama Katherine Gibson Howton. Ia mengatakan, hampir 20 persen muridnya datang ke sekolah dengan kondisi lapar. Alhasil, banyak murid yang mudah marah, sensitif, dan tidak bisa berkonsentrasi saat mengikuti pelajaran.
"Kami tahu beberapa murid kami ada yang tidak memiliki stok makanan di rumah mereka terutama saat akhir bulan. Suatu hari, ada murid yang mengeluh pusing dan ternyata dia belum makan sejak pagi. Untung saja saya ada stok makanan sehingga murid saya bisa makan dan kondisinya lebih baik," tutur Howton kepada Scary Mommy.
Howton mengatakan, staf di sekolah memiliki lemari yang sama dengannya. Nah, dengan mengunggah foto lemari dengan stok makanan di akun Facebook-nya, Howton merasa itu bisa jadi jalan membuka diskusi soal asupan makanan anak. Sehingga, orang tua diharap bisa tahu pentingnya sarapan bagi anak, terlebih mereka akan bersekolah.
Dalam keterangan foto yang diunggah Howton, ia menuliskan bahwa dirinya adalah guru yang mungkin menghabiskan waktu lebih banyak dengan seorang murid. Howton mengatakan ia dan koleganya tidak ingin murid-muridnya kelaparan sehingga itu mengganggu proses belajar mereka.
"Saya berbagi lemari ini dengan guru lain. Anak-anak sering datang ke kelas kami dan mengatakan mereka lapar. Tapi banyak juga murid yang tidak mengatakan apa-apa karena mereka malu sampai akhirnya kami melihat mereka lebih mudah terdistraksi, lelah, dan sensitif. Guru yang baik akan bertanya kapan terakhir murid itu makan dan mereka tahu kapan harus membuat sandwich ekstra, mengambil jeruk, dan membuat popcorn atau semangkok oatmeal untuk muridnya dan menyuruh mereka memakannya," tulis Howton.
Apa yang dilakukan Howton mendapat respons positif dari mayoritas netizen. Seorang pria juga membagikan pengalamannya di mana ia menyebut apa yang dilakukan Howton amat luar biasa. Sebab, bagi anak yang tidak bisa mendapat sarapan di rumahnya, menunggu waktu makan siang yang digratiskan untuk mereka di sekolah akan terasa amat lama.
Dikutip dari ABC Australia, Data organisasi pengentas kelaparan Australia, Foodbank, menunjukkan setidaknya anak-anak kehilangan dua jam waktu belajarnya karena tak konsentrasi akibat tak sarapan. Sementara, pakar gizi Karishma Chawla menuturkan terlalu sering mengosongkan perut di pagi hari sampai waktunya makan siang, maka metabolisme tubuh akan drop dan bisa dipastikan Anda menjadi sulit konsentrasi dan tubuh terasa lemah.
Beberapa waktu lalu, ketua umum PERGIZI Pangan Indonesia Prof Dr Ir Hardinsyah, mengatakan sarapan sehat memiliki tiga syarat yaitu tepat waktu sebelum jam 9 pagi, mengandung karbohidrat, protein, mineral, lemak, cairan atau air, dan vitamin. Untuk anak usia Sekolah Dasar (SD), Prof Hardin memberikan contoh alternatif menu sarapan seperti seraal ditambah buah dan susu; nasi dengan ayam/telur/tempe ditambah sayur dan jus buah; mie/lontong plus telur, sayur dan tempe; roti atau biskuit lapis dengan buah dan susu; bubur dengan ayam/telur/ikan plus buah dan air putih; mi goreng dengan telur, sayur, dan susu; rebusan atau gorengan dengan buah dan air putih; kemudian nasi goreng atau nasi uduk dengan telur, buah, dan air putih
"Khusus bagi anak, jangan biarkan mereka pergi sekolah tanpa sarapan. Orang tua bisa memberi mereka sarapan sebelum jam 9, jam setengah 7, atau bahkan jam 6 asal dengan gizi seimbang dan pastinya dengan memberi makanan dan minuman yang aman," kata Prof Hardin.


Post a Comment