DAMPAK MENONTON VIDEO DEWASA SEBELUM BERANGKAT KENCAN

Baca Juga


Jangan terburu berpikir kotor dulu. Ada kalanya sesuatu yang dianggap buruk seperti video panas nyatanya bisa dimanfaatkan untuk hal positif. Setidaknya inilah yang ditemukan peneliti dari Israel. 

Menurut tim peneliti dari Interdiscplinary Center Herzilya ini, menonton video dewasa sebelum kencan pertama dapat membantu seseorang untuk mendapatkan hati incarannya.

Untuk sampai pada kesimpulan ini, partisipan dibagi ke dalam dua kelompok: yang pertama dipapari konten dewasa dan kelompok kedua atau kontrol dipapari konten netral. 

Kemudian partisipan diminta memaparkan pengalaman hidup mereka kepada orang asing lewat sarana Instant Messenger. Sebagai pembanding, peneliti juga meminta partisipan melakukan hal serupa tetapi di hadapan orang asing yang bertatap langsung dengan mereka.

Hasilnya mengejutkan, partisipan yang sebelumnya dipapari konten dewasa terbukti lebih terbuka terhadap orang asing, baik ketika berinteraksi lewat aplikasi mengobrol ataupun secara langsung. 

"Bahkan tidak menutup kemungkinan jika strategi ini dapat digunakan untuk membuat seseorang lebih dekat dengan calon pasangan potensialnya," tulis peneliti dalam laporan mereka yang dipublikasikan dalam Personality and Social Psychology Bulletin.

Namun apakah saran ini tidak dirasa keterlaluan? Bertemu seseorang dalam kencan buta biasanya membutuhkan keberanian yang luar biasa. Akan tetapi menonton video dewasa sebelum kencan nyatanya juga mampu membangkitkan keberanian seseorang, selain soal keterbukaan tadi.

"Temuan kami mengindikasikan bahwa 'sexual priming' justru mendorong seseorang untuk membuka dirinya dan lebih terbuka pada lawan jenisnya, meskipun mereka tidak saling kenal," tambah peneliti seperti dikutip dari Medical Daily, Selasa (11/3/2017).

Studi ini senada dengan penelitian sebelumnya yang dipublikasikan NY Magazine. Studi tersebut membagi penonton video dewasa ke dalam tiga kategori, yang dua di antaranya adalah rekreasional dan kompulsif. 

Bagi mereka yang hanya sesekali menonton, total selama 24 menit per pekan dilaporkan tidak merasakan konsekuensi negatif dari kebiasaannya. Lain halnya dengan yang kompulsif, apalagi ini juga diduga memicu ketagihan terhadap konten tersebut.

No comments