CURHATAN KURIR INI SUDAH MEMBUAT BANYAK ORANG NANGIS

Baca Juga


Setiap pekerjaan tentunya memiliki risiko tersendiri, dan salah satu pekerjaan yang memiliki banyak sekali risiko adalah profesi seorang kurir ekspedisi.

Mungkin bagi sebagian orang menganggap bahwa profesi seorang kurir itu tidak terlalu berat karena hanya mengirim barang hingga ke tempat tujuan dan tidak memerlukan kinerja otak yang berat.

Tapi mungkin curhatan dari seorang netizen yang bernama Karina Widya Heriyanto pada laman grup Facebook Kota Karawang ini bisa merubah paradigma kita selama ini tentang profesi seorang kurir.

Berikut adalah tulisannya yang bakalan bikin kalian terharu setelah membacanya,

“Jangan marah ya kalau baca tulisan ini. Mari berbaik sangka. Untuk yang merasa tak nyaman atau yang pernah dikecewakan oleh pelayanan ekspedisi jasa pengiriman barang.

Cerita suka duka kurir. Iya, kurir juga manusia.

Kami bekerja mencari nafkah untuk keluarga, berangkat pagi dengan keranjang kosong ke kantor, bawa barang untuk dikirim sesuai area, masih ditambah ambil barang ke rumah, lalu kirim barang ke penerima. Gratis itu Bu, karena ketatnya persaingan ekspedisi.

Diawali doa, kami taruh seaman mungkin barang-barang tersebut di keranjang motor, kami pelajari masing-masing rute yang harus kami tempuh. Beruntung bagi kami ketika paket diterima pemesan langsung, tapi tak jarang setibanya di alamat tujuan, penerima sedang berada di luar kota, atau ada kendala lainnya. Terpaksa kami bawa barang kembali.

Mau kondisi hujan, panas, atau badai harus kami jalani. Terkadang sampai malam hujan petir kami harus kirim paket hari itu juga, jika tidak barang di gudang akan semakin menumpuk.

Risiko lagi jika kami sampai ditegur atasan. Belum lagi risiko kena begal di area yang rawan. Seperti Jum’at lalu, saat kawan kami harus mengirim barang ke area kabupaten yang jalannya masih tanah berbatu, menanjak, bingung cari alamat karena lokasi pemukiman tak menentu, ditunjukkan arah oleh warga ternyata kawanan begal, motor dan beberapa barang paket customer melayang.

Masih untung kawan saya hanya terkena sabetan parang di tangan. Lalu bagaimana jika kemungkinan terburuk yang terjadi? Apakah customer yang marah-marah itu yang akan menanggung kebutuhan istri dan anaknya? Ataukah perusahaan tempat kami bekerja yang akan menggantikan kasih sayang seorang ayah kepada anak teman saya itu?

Karena itulah… Mohon hargai sedikit usaha kami, walaupun pekerjaan kami ini dibilang kerja kasaran. Tapi setidaknya, kami mencari rezeki halal untuk keluarga. Kami tidak mengemis, tidak menipu. Kami bekerja sekuat tenaga untuk keluarga di rumah.

Jika paket belum sampai, mohon bersabar.. Jika barang diterima dengan kondisi cacat, perusahaan akan mengganti rugi. Atau pun jika barang hilang, tentu perusahaan akan bertanggung jawab.

Salam, Kurir.”

Akhirnya kisah perjuangan seorang kurir ini menjadi viral dan telah dibagikan hingga ratusan kali.

No comments